Selasa, 02 Februari 2010

Rumput Manila (Zoysia matrella)


Ketika berada di taman yang luas, siapa yang tidak merasa betah berada dihamparan rumput manila hijau bak permadani, dinaungi pohon rindang yang sengaja ditanam ditaman, serta dimanjakan oleh keindahan bunga warna-warni. Dalam sekejap pasti keindahan yang dirasa oleh panca indera itu pasti akan merasuk kedalam kalbu sambil sesekali mengucap syukur pada Allah atas anugerah tempat yang indah itu.

Tapi coba sedikit dari rasa kagum itu kita gunakan sebagai pendorong untuk melihat lebih kedalam, ya, dibawah hamparan permadani hidup berwarna hijau itu. Dibawah sana, dibalik hamparan permadani hijau itu tampak rimpang-rimpang rumput manila yang berujung runcing dan tumbuh kemanasa saja, menembus apa yang dihadapinya, bata merah, botol air mineral yang tak sengaja tertimbun tanah, bahkan dia mampu menembus pondasi yang susah payah dibangun manusia sebagai dasar bangunan atau sekedar untuk membatasi tanah agar tanah tidak longsor.

Rumput itu akan semakin banyak memamerkan daun hijaunya tatkala tanah yang ditempatinya adalah tanah keras dan berlempung, dia tumbuh rapat, rimbun dan indah dilihat. Jika ia berada ditanah yang berpasir, dia akan cenderung melanjutkan pengembaraan bawah tanahnya dengan membentuk rimpang dibawah tanah sepanjang mungkin, dan ketika waktu tiba, ketika tanpa ia sengaja ujung rimpang mendekati permukaan tanah dan merasakan sinar matahari, ia akan muncul dan mulai membentuk daun-daun hijaunya.

Kehidupan rumput manila di kedua tempat itu, tanah yang berat dan berlempung dengan tanah yang berpasir, hampir sama dengan kehidupan manusia seperti kita di bumi ini. Ketika kita dihadapakan pada kondisi yang berat, kita akan cenderung berusaha memperpendek waktu untuk terus berada dalam kondisi berat itu, siapa yang tidak jenuh berada di kondisi yang buruk, terus tumbuh, walaupun kecil, tak seberapa tetapi jika itu dilakukan terus menerus dan memanfaatkan ruang yang ada tentu lama kelamaan justru akan tampak hasilnya, bahkan boleh jadi dianggap sebagai sesatu yang indah untuk dinikmati.

Sebaliknya seseorang yang sejak awal berada dalam kondisi yang nikmat, nyaman, biasanya akan terlena oleh kenikmatan dan kenyamanannya itu, dia senang berlama-lama didalamnya, baru setelah menyadari dirinya membentur sesuatu, mengalami kesulitan, atau dia sedikit merasakan udara yang berbeda dan lebih menarik untuk dijalani dibandingkan dengan apa yang dia nikmati saat ini dia akan membuat dirinya bangkit, muncul ke permukaan mengerahkan segala potensi yang selama ini dipendam dalam kedamaian.

Tapi sayang sekeras apapun manusia berusaha setelah dirinya terlena dalam kenikmatan dan kenyamanan, tentu tak akan bisa mengembalikan waktu-waktu yang hilang, semoga kita dapat belajar sedikit dari rumput manila itu, tetap tumbuh dalam segala kondisi, tidak terlena oleh kenikmatan dan kenyamanan, menjadikan kenikmatan dan kenyamanan sebagai bekal untuk pertumbuhan yang lebih baik, bukan untuk dijadikan alasan untuk menghamburkan waktu dengan dalih menikmati hidup.

SEMOGA!

Apa yang anda ketahui tentang alabio?